Monday, February 25, 2008

Tembagapura, negeri di atas awan

“Tembagapura, tempat dimana matahari terbit 2 jam lebih cepat dari ibukota. Tapi hari itu, matahari belum terbit di tembagapura. Saya berdiri di tepi jalan, melihat sekeliling saya. Pemandangan indah tebing-tebing diselimuti kabut, siluet gunung-gunung yang menjulang setinggi lebih dari 3500 meter dari permukaan air laut. Saya masih berdiri disini, terbaur dengan para kuli tambang yang berebut bis, hanya untuk menjemput lelah. Kelelahan bekerja membantu Londo Asu menguras kekayaan bangsa. Sh*t! Apa yang mereka dapat dari kelelahan yang mereka jemput dengan cara berebut tersebut? Hanya secuil kecil mungil dari seluruh emas yang diambil. Gunung milik kitorang, keringat milik kitorang, mereka ambil emas kitorang dengan sembarang.

Lagi-lagi penjajahan!

Dan yang lebih parah, saya adalah bagian dari cecunguk-cecunguk penjajahan. Hanya demi uang receh mereka. Yang mungkin bernilai besar bagi saya. Tapi nilai adalah nilai, yang mempunyai besaran jika ada nilai lain sebagai perbandingan. Dan jika dibandingkan dengan emas yang mereka ambil. Orang bodoh pun tahu, uang ini hampir tak bernilai.

Sejak saat itu saya tahu dan sadar, saya tidak akan lama disini. Saya sakit.”

12 comments:

Anonymous said...

untuk seorang yang berdarah sosialis-nasionalis-idealis, insya Allah kamu gak akan jadi londo asu.., asalkan darah itu tetap mendidih. insya Allah

Ratie said...

Weeeww.. Anonymous itu bener bgt,bud! Asalkan darah itu tetap mendidih!! *semangat nasionalisme bergelora* Haha..

Unknown said...

"Suatu saat, saya yang sebenarnya baru menjadi calon cecunguk, dan ingin menjadi cecunguk, membaca tulisan yang menggetarkan kekakuan pegas hatiku, yaitu tulisanmu, Nguk. Darah nasionalisku yang mungkin lebih sedikit dari 0,000000001 mikroliter, sedikit bergejolak dan sedikit menandakan penambahan entropi karenanya.
Aku takut, Nguk. Bagaimana jika aku nanti berada dalam posisimu, hanya demi materi.
Ah, sudahlah... Semoga jiwa2 nasionalisme yang sedikit ini bisa semakin entropis dan menemukan takdirnya."

Hehe...sok puitis niy saya um.

-Kinetics46_

CynThinks said...

Miris banget =(

alanRomy said...

@ kinetics :
tulisan apapun teteup harus pake hukum termo ya? :)

@ cyn :
yaa, emang miris sih. tp gw harus menyelesaikan pilihan gw. :)

Anonymous said...

Rommy... Iya bener, gw juga ngerasa gitu sekarang ini.

Huh, gak akan lama deh disini..

Tapi harus tetep semangat rom. Banyak juga hal2 positif yg bisa kita curi dr etos kerja mereka.

Anonymous said...

@ dini:
yups, mumpung gw disini, gw bakal ambil sebanyak2nya apa yg bisa gw dapet disini. contohnya, gw kemarin udah mendaki ke puncak cartenz, gw udah ngerasain salju abadi indonesia,, hehe,,

Dony Alfan said...

Posting ini benar2 khas seorang Alan Romy...

Ya, siapa yang peduli dengan nasib orang Amungme, yang terjajah di negerinya sendiri
Posisi Indonesia memang lemah dalam tawar menawar.

"Pemandangan indah tebing-tebing diselimuti kabut, siluet gunung-gunung yang menjulang setinggi lebih dari 3500 meter dari permukaan air laut."
Seandainya saja semua itu bisa terekam dalam sebuah foto, sehingga bisa berbagi ke semua orang yang belum pernah merasakan keindahan yang kau rasakan

HaSaN said...

udah lah!!! cari duit dulu. ngemis12 jg gapapa.. ga usah banyak ngelu penjajah2.. ntar kalo udah punya power, baru deh kita bergerak...

hahahaha...

opo tho san.. san..

Rieka said...

setuju!!!
apalagi harus jauhan sama keluarga dalam jangka waktu lama!!

*hehehe ini mah curhatnya istri yang suaminya kerja disana... :p

Anonymous said...

waaaaaaaaaahhhhhhh berat euy
segeralah kembali membangun bangsamu, nak!

Anonymous said...

AQ juga pingin mengusir smua penjajah baik londo asu & Indo asu!!!!!!!