Tuesday, November 13, 2007

Teh

Teh. Minuman yang dibuat dari seduhan daun tertentu yang telah melalui proses tertentu juga. Jenis teh bermacam-macam sesuai proses pembuatan dan campuran yang diberikan. Jawa Barat dengan teh hitam (teh "Walini" adalah salah satu contohnya), Jawa Tengah teh hijau melati (contohnya adalah teh "Gopek"), Jawa Timur teh vanili (teh "Bendera"). Seperti halnya kopi, teh telah menjadi bagian penting dari menu masyarakat Indonesia. Khususnya Jawa tengah, teh adalah minuman wajib. Bahkan bagi orang Solo, teh menjadi minuman default. Apapun makanannya, minumnya teh melati. Saya sendiri sebagai orang Solo, lebih banyak meminum teh daripada air putih. Karena itu pulalah saya sangat mencintai teh. Teh mengalir kuat di dalam nadi darah saya. Saya meminum teh sejak kecil sampai tumbuh besar, bisa dibilang daging, tulang dan darah saya terdiri dari teh. Apakah saya berlebihan? Saya rasa tidak. Jika Anda pergi untuk berwisata kuliner di kota Solo, Anda pasti akan mendapati meja-meja warung makan berisi piring-piring makanan dengan segelas teh disampingnya, panas maupun dingin. Hampir setiap warung di Solo menyediakan minuman teh. Lain halnya dengan Bandung atau Jakarta dimana warung kaki lima hanya menyediakan air putih untuk pelanggannya.

Saya mempunyai satu tempat yang selalu dituju jika saya pulang kampung. Warung teh mbah Loso, sebuah warung kecil yang terletak di sebuah "gang" di kota Karanganyar sekitar 20 Km sebelah timur kota Solo. Mbah Loso, seorang nenek tua yang mengabdikan dirinya untuk membuat teh melati paling enak di dunia (menurut saya). Teh yang dibuat beliau berasal dari ti€ga jenis teh melati yang berbeda sifat dan rasanya. Kombinasi dari 3 jenis teh tersebut menghasilkan teh yang nikmat dengan rasa lengkap. Hmmm, rasa teh yang membuat saya tersenyum saat merasakan sensasinya. Luar biasa. Nasgithel/Panas Legi Kenthel (panas manis kental). Warung teh mbah Loso memang tak terlalu terkenal, berita tentang kedasyatan tehnya hanya tersebar melalui MLM (mulut lewat mulut). Biasanya orang yang sudah merasakan tehnya akan mengajak temannya untuk mencoba, dan bisa dipastikan orang yg menjadi "korban" ajakan tersebut akan terpana dengan rasanya atau paling tidak dia mengangguk tanda puas, dan berjanji akan mengajak teman lain untuk ikut merasakan kenikmatannya.

Saya sendiri adalah korban dari teman saya bernama Doni Alfan, seorang teman baik, sama-sama penggemar kopi, sama-sama penikmat teh, sama-sama gila, hanya selera wanita kita mungkin berbeda. Dari dialah saya mengenal mbah Loso dan teh sakral buatannya, sekaligus resep ramuan tehnya. Ternyata Mbah Loso tidak segan-segan memberi resep ramuannya. Mungkin juga karena dia yakin walapun ramuan tehnya sama, kalau air dan orang yang mengaduk beda, akan beda rasanya. Dan memang betul, walaupun saya sudah meramu teh sesuai resep beliau, rasanya tidak akan sama walaupun cukup dekat. Kata Mami "Sing ngudak bedo, rasane yo bedo". Saya setuju.

Jika Anda ingin merasakan teh buatan mbah Loso, silahkan datang ke Solo. Atau Anda bisa menghubungi saya untuk mendapatkan ramuan teh melati wangi resep beliau. Saya bahkan sudah membungkus dan memberi merek ramuan teh tersebut (ilegal tentunya). Karena stok terbatas, maka hanya orang yang serius tertarik atau penggemar teh yang akan saya beri satu bungkus for free.

------------------------------------------------------------------------------------------------
Mungkin Anda mengira saya berlebihan. Saya rasa tidak. Silahkan mencoba sendiri. Datang saja ke Karanganyar.